Tak Akan Pernah Pudar Dari Rinduku – Istriku sayang, ini
hari ke-113, setelah aku merapal ikrar di hadapan penghulu. Aku dan kamu,
kemudian merenda hari dengan ragam canda dan tawa. Meningkahi lelah dan letih
dengan senyum ceria. Meski terkadang, ada kerut kening yang sesekali hadir
melengkapi lembaran hari kita.
Itu tak apa. Lantaran kita memang tengah memasuki dunia
baru. Dunia yang sebelumnya tak pernah kita lalui. Kita, seperti sepasang
pelaut yang melintasi selat baru. Sesekali harus melihat kompas untuk
mengetahui arah. Sesekali harus saling bercerita tentang kecakapan dan
kelemahan agar bisa salig melengkapi. Sesekali harus sigap dengan gulungan
ombak. Sesekali harus bahu membahu untuk menggulung atau mengembangkan layar.
Ada banyak
kebahagiaan mengarungi hidup bersamamu. Dan aku tak mampu menghitungnya.
Misalnya, aku paling suka, saat kau membangunkanku dari tidur sembari berkata,
“Selamat pagi Cinta… aku sudah siap menjadi makmum dari sholat Shubuhmu,” aku
pasti tersenyum mendengarnya. Tahukah kau sayang? Saat seperti itu, aku tak
ingin detik beranjak pergi. Aku ingin di satu titik saja, bersamamu. Membekukan
ruang dan waktu.
Hari ini
sayang, Entah bagaimana caranya aku mengungkapkan rasa terima kasih dan bahagia
padamu. Aku juga bersyukur karena Allah telah memberikan kesempatan bagiku
untuk hidup bersamamu. Menganugerahiku pendamping hidup seperti kamu. Aku
selalu meyakini, inilah jawaban dari doa-doaku sejak mula.
Istriku, hal
yang paling aku suka darimu juga, saat terkadang, dari luar pintu tiba-tiba kau
muncul dan berkata “Duhai kesayangan, saatnya makan pagi.” Allah ya Rob…
bukan hanya bongkahan haru yang menyelimutiku, tapi entah apa namanya. Yang aku
tahu. Aku sangat bahagia. Itu saja.
Kau memang
lebih sering memanggilku dengan pagggilan yang unik; “Bebeb kece”,
“Ayang mbeb” atau sesekali kau memanggilku dengan “Duhai lelaki yang lembut
hatinya”, dan beberapa lainnya. Tetapi aku suka. Sangat suka.
Saat di
tempat kerja misalnya, terkadang aku dibuat sumringah dengan pesanmu
memanggilku dalam untaian pesan sarat makna. Begitulah caramu membuat
kejutan-kejutan kecil yang membuatku semakin lesap dalam cinta. Engkau memang
selalu bisa membuatku tersenyum, dan terlepas dari rasa letih.
Kau tersenyum saat aku selesai sholat
“Begitu kan
lebih baik,” katamu mengerling. Aku Cuma memajukan bibir bawah persis anak TK.
Entahlah, di hadapanmu, aku selalu ingin menjadi anak kecil yang kau manja.
“Eh,
akhirnya aku mengerti kenapa Tuhan memerintahkan sholat 5 waktu,” ucapmu.
“Kenapa?” tanyaku penasaran. aku lupa bahwa sedang ngambek padamu.
“Karena
laki-laki yang selesai sholat itu akan terlihat 100 kali lebih tampan dari
sebelumnya,” matamu membesar menatapku. Senyummu. Ah, itu yang membuatku tak
pernah bisa untuk menghindar. Aku tergelak. Mengulurkan tangan untuk mencubit
lenganmu. Kau berlari menghindar sambil bilang “Tak kena.”
Kau tidak
hanya membuatku bahagia, tapi senantiasa mengingatkanku untuk senantiasa tetap
menomorsatukan Allah. Maka dengan apa aku harus berterima kasih, istriku?
terbuat dari apakah hatimu sayang?
Dua hari
yang lalu, selepas sholat shubuh, kau bertanya. “Apa yang harus aku perbaiki
dari diriku duhai cinta, agar aku bisa menjadi istri yang lebih baik.” aku
menatapmu lekat-lekat. Mata indah itu, begitu serius menunggu jawaban. Perlahan
aku menggenggam tanganmu. menariknya. meletakkannya persis di depan hidungku.
Dengarkan aku baik-baik sayang, tak ada yang harus kau
ubah. tak ada yang harus kau perbaiki. Tak ada yang harus kau sempurnakan.
Tetaplah menjadi istriku seperti sekarang ini. Tetaplah menjadi pendampingku
yang sholehah. Tetaplah berbahagia dengan cara kita. Menikmati hidup dengan
sederhana.”
Aku, suamimu ini, sudah sangat bahagia memilikimu.
Marilah kita merawat perasaan ini bersama-sama. Sebab
kita sebenarnya adalah satu hati yang berada dalam dua tubuh. Kita adalah satu
cinta yang bersemayam dalam dua raga. Aku tak akan pernah lengkap tanpamu.
Begitu juga sebaliknya.
Untukmu
istriku yang telah ku pilih menjadi pendamping hidupku.,
Yang setia
menemani di setiap susah dan senangku.,
Aku
berterima kasih padamu.,
Atas
ketulusanmu mencintaiku.,
Atas
pengorbananmu yang telah melahirkan anak-anakku.,
Aku yang tak
pernah bisa memberimu segalanya.,
Namun kau
tak pernah mengeluh atas itu semua.,
Kau tetap
mendampingiku.,
Kau tetap
setia disisiku.,
Kau tetap
sabar dalam segala keadaan.,
Kau memberi
semangat dan kekuatan untukku.,
Kau anugerah
terindah yang Allah berikan untukku.,
Menjadi
ImamMu itulah keinginanku.,
Dan kini kau
menjadi istriku.,
Yang harus
kupenuhi semua kewajibanku.,
Aku tak
pernah punya segalanya.,
Namun kau
ikhlas menerimaku seadanya.,
Saat cobaan
membuatku jatuh.,
Kau
memberiku semangat untuk tetap maju.,
Tak pernah
sedikitpun ku mendengar keluhmu.,
Yang selalu
ku lihat kau tetap tersenyum walau lelah dan keringat di tubuhmu.,
Kau tak
pernah mengeluh.,
Tapi ku
tetap ingin membuatmu bahagia.,
Seperti aku
yang begitu bahagia menjadi ImamMu.,
Terima kasih
untukmu istriku.,
Atas
pengabdianmu yang selalu setia mendampingiku.,
Tiada harta
terindah yang ku miliki di dunia ini.,
Hanya kau
yang menjadi perhiasan berharga yang ku miliki selama hidupku.,
Aku
mencintaimu.,
0 komentar:
Posting Komentar